Regulasi dan kebijakan pengawasan obat di Indonesia diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang memiliki peran penting dalam memastikan keamanan, mutu, dan manfaat obat yang beredar di pasar. BPOM bertanggung jawab untuk mengawasi seluruh siklus hidup obat mulai dari penelitian dan pengembangan, produksi, distribusi, hingga pemasaran.
Regulasi utama yang mengatur pengawasan obat di Indonesia antara lain:
- Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2015 tentang BPOM yang mengatur tugas dan fungsi BPOM dalam pengawasan obat.
- Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang mencakup ketentuan mengenai obat, serta pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
- Peraturan BPOM mengenai standar mutu obat, prosedur uji klinis, serta pedoman distribusi dan pemasaran obat.
BPOM melakukan pengawasan melalui beberapa cara, antara lain inspeksi pabrik, pengujian laboratorium, serta pemantauan pasca pemasaran untuk mendeteksi dan mengatasi masalah terkait dengan obat. Kebijakan yang diterapkan bertujuan untuk melindungi masyarakat dari obat yang tidak aman atau tidak terstandarisasi, serta memastikan obat yang digunakan memiliki manfaat yang terjamin.2/24o mini
You said:
Cara Kerja Obat Antibiotik dalam Melawan Infeksi
ChatGPT said:
ChatGPT
Cara Kerja Obat Antibiotik dalam Melawan Infeksi
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri penyebab infeksi, sehingga membantu tubuh dalam melawan infeksi tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai cara kerja antibiotik:
1. Menghambat Sintesis Dinding Sel Bakteri
Bakteri memiliki dinding sel yang membentuk struktur pelindung bagi sel mereka. Beberapa jenis antibiotik, seperti penisilin, bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Tanpa dinding sel yang utuh, bakteri menjadi rapuh dan akhirnya pecah, mengarah pada kematian bakteri.
2. Menghambat Sintesis Protein Bakteri
Antibiotik lain, seperti tetrasiklin dan kloramfenikol, bekerja dengan cara mengganggu sintesis protein dalam bakteri. Bakteri membutuhkan protein untuk berkembang biak dan bertahan hidup. Antibiotik ini mengikat ribosom bakteri, tempat sintesis protein berlangsung, sehingga menghambat proses tersebut. Akibatnya, bakteri tidak dapat menghasilkan protein yang diperlukan untuk hidup dan berkembang.
3. Menghambat Sintesis Asam Nukleat
Beberapa antibiotik, seperti rifampisin dan fluoroquinolon, menghambat sintesis asam nukleat (DNA atau RNA) dalam bakteri. Asam nukleat sangat penting bagi bakteri untuk melakukan replikasi dan transkripsi genetik. Dengan menghambat proses ini, antibiotik mencegah bakteri berkembang biak dan menyebabkan kematian sel bakteri.
4. Merusak Membran Sel Bakteri
Beberapa antibiotik, seperti polimiksin, bekerja dengan merusak membran sel bakteri. Membran sel bakteri berfungsi sebagai pelindung bagi bakteri dan menjaga stabilitas internal sel. Ketika membran sel rusak, isi sel bocor, yang akhirnya mengarah pada kematian bakteri.
5. Meningkatkan Permeabilitas Membran Sel
Antibiotik seperti polimiksin juga meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri. Ini membuat bakteri lebih rentan terhadap kerusakan dan membantu antibiotik lainnya masuk ke dalam sel bakteri untuk menghentikan aktivitas vitalnya.
Pentingnya Penggunaan yang Tepat
Meski antibiotik efektif dalam melawan infeksi bakteri, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, seperti penggunaan untuk infeksi virus (seperti flu), dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Resistensi ini terjadi ketika bakteri mengembangkan kemampuan untuk bertahan hidup atau tumbuh meskipun terpapar antibiotik, menjadikan infeksi lebih sulit untuk diobati.
Kesimpulan
Antibiotik bekerja dengan berbagai cara untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri penyebab infeksi. Penggunaan yang tepat dan sesuai petunjuk medis sangat penting untuk mencegah resistensi antibiotik dan memastikan obat tetap efektif dalam pengobatan infeksi bakteri.